Friday 9 September 2011

Kebijakan yang Maju Kena , Mundur Kena


Jakarta –  Dalam beberapa waktu terakhir ini kita sering mendengar bahwa Produsen handphone BlackBerry tidak membuka pabriknya di Indonesia.  Padahal pemerintah Indonesia menunggu-nunggu  pembukaan pabrik BlackBerry ini di Indonesia. Indonesia sudah lama mencoba menarik pabrikan handphone dengan memberikan insentif kepada pengusaha jika membuka pabriknya di Indonesia, namun produsen seperti Nokia, Samsung, Blackberry, tidak mau membuatnya di Indonesia. Untuk saat ini mereka (produsen HP) ingin  Indonesia sebagai pasar saja, bukan sebagai tempat pabriknya.(Sumber:Detik.com)  Per tahunnya Indonesia mampu menyerap 20 juta lebih HP dan selayaknya Indonesia menjadi tempat pabrikan HP.

Pemerintah Indonesia ingin para produsen membuka pabriknya disini karena dapat menambah lapangan kerja.  Saat ini pemakai Handphone lebih dari 100 juta orang. Situasi pasar seperti ini harusnya Indonesia menjadi tempat investasi bukan hanya sebagai pasar saja. Rilisnya kabar produsen BlackBerry ingin membuka pabrik di Malaysia, membuat Indonesia kecewa. Dengan berita seperti itu, Indonesia membuat kebijakan insentif dan disinsentif kepada Blackberry juga akan menerbitkan pajak barang mewah terhadap Blackberry.

Kabar berita mengenai Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) terhadap produk BlackBerry menimbulkan pro kontra. Kebijakan ini dapat mengundang penyelundupan terhadap produsen BlackBerry. Hal ini tentu merugikan Blackberry tetapi bukan produsen saja, tetapi lagi-lagi konsumen akan dirugikan. Harga BlackBerry akan naik dan munculnya barang Blackmarket juga akan semakin banyak. Disatu sisi kebijakan ini baik tetapi disisi lain, konsumenlah yang dirugikan.
 Selain Blackberry , Bosch perusahaan manufaktur jerman juga  terkena disinsentif karena tidak membangun pabriknya di Indonesia.  (Sumber:Detik.com) Bosch mendirikan pabrik solar panel di Malayasia, tetapi menjadikan indonesia sebagai pasarnya. Peraturan mengenai  PPnBM (Pajak penjualan Barang Mewah) (Sumber:Detik.com) wajib diterbitkan untuk menarik para investor untuk membuka pabriknya di Indonesia, tidak hanya pabrikan Handphone, tetapi seluruh barang yang pembuatannya berada di luar Indonesia.

Walaupun keputusan BlackBerry ingin pabriknya di Malaysia tetapi realisasinya bisa saja  RIM (Research In Motion) membuka pabriknya di Indonesia mengingat Indonesia sebagai pasar terbesar BlackBerry di Dunia. Semua barang yang tidak diproduksi di Indonesia harus diadakan pendekatan khusus.  Para produsen tersebut harus mendapat disinsentif dengan pendekatan fiskal termasuk adanya usulan pengenaan PPn BM bagi produk mereka misalnya terhadap BlackBerry impor. "Blackberry dengan pasar Indonesia akan melakukan penjualan sekitar 4 juta unit tahun depan, itu rata-rata 300 dollar perunit, sedangkan di Malaysia mereka tidak akan bisa jual lebih dari 400 ribu unit itu per sepuluhnya (7/9/2011)(Sumber:Detik.dom).


1 komentar:

Beben Koben said...

masalahnya...kalo mo diriin pabrik banyak faktor yg musti di pertimbang kan...
SDM kita mah belom masuk kategori sana kali...xixixiii

Post a Comment

Translator

Hubungi saya, 08998451544